Senin, 06 Juli 2009

Ukuran

Untuk menentukan suatu nilai ternyata perlu-butuh yang namanya ukuran. Baik itu nilai tentang keindahan (dari karya seni) atau nilai suatu benda itu sendiri (dari berat ringannya, dari besar kecilnya atau dari panjang lebarnya).

Sesungguhnya nilai itu adalah suatu ukuran dan ukuran itu adalah merupakan hasil dari suatu kesepakatan. Misal tentang jarak disepakati ada yang namanya meter, namun kesepakatan itu sendiri mempunyai variasai menurut tempat berlakunya (yang ada pada suautu tertentu berbeda dengan yang ada ditempat lainnya), misal untuk ukuran panjang-pendek ada yang memakai ukuran satuan meter atau inci atau satuan ukuran yang lainnya. Tentunya panjang satu meter tidak akan sama dengan panjang satu inci. Manusia menggunakannya karena telah menyepakati ketentuan tersebut.

Dari adanya ukuran inilah lalu muncul suatu nilai, baik itu nilai besar kecil, baik itu nilai berat ringan maupun itu nilai baik buruk. Diantaranya adanya nilai baik dan buruk itu adalah tergantung dari ukurannya.

Seorang Kyai (ukuran istilah seorang ulama yang merupakan panutan dan cenderung bersikap baik) tentu akan dipandang sebagai orang yang tidak baik kalau Kyai tersebut hidup di kampung maling/pencuri (karena ukuran kebaikan dari orang maling yang ada dikampung maling/pencuri, mencuri adalah hal yang baik karena mencuri merupakan pekerjaan yang bisa menghidupi dirinya); walaupun didalamnya ada etika pencuri (tidak boleh mencuri barang sesama pencuri). Jadi seorang Kyai tersebut bukanlah dipandang sebagai orang yang baik dikampung maling tersebut. Artinya dalam hal ini baik dan buruk itu sebenarnya merupakan suatu penilaian berdasarkan atas adanya ukuran dan sifatnya sama saja, tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk seperti antara siang dan malam, semua membawa keuntungan atau kerugian atau tengah-tengah; tergantung cara kita (manusia dalam mengukurnya) memandangnya. Jangan kaget sesungguhnya kebaikan dan keburukan itu tidak ada. Yang ada adalah kebaikan dan keburukan yang bersifat semu (karena ukuran manusia yang berbeda-beda-tidak universal-tidak berlaku secara umum) kebaikan dan keburukan yang bersifat semu ini keadannya selalu berganti setiap masa-waktu seiring dengan pola pikir seseorang yang selalu berubah, yang ini mengakibatkan ukuran-parameter untuk menilai itu juga menjadi berubah sehingga unsur nilainya juga menjadi berubah pula; apa yang dikatakan baik saaat itu belum tentu sama dengan apa yang dikatakan baik pada saat ini atau pada saat nanti. Kalau demikian apa ada yang namanya kebaikan abadi ..., kalau ada ukurannya itu yang bagaimana ? karena sesungguhnya baik buruk itu sama saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar