Kamis, 28 April 2011

Tulisan -tulisan

Tentang Kehidupan

1. Tulisan tentang Kehidupan


Tulisan ini adalah tulisan manusia yang hidup pada dimensi tiga yang melingkupi/meliputi dimensi satu dan dimensi dua. Kalau dunia dewa adalah kehidupan yang ada pada dimensi empat maka keadaan/kondisinya akan melingkupi/meliputi kehidupan dimensi tiga, dimensi dua dan dimensi satu.

Kehidupan pada dimensi empat hanya dapat memandang-masuk pada kehidupan dimensi tiga, pada dimensi dua dan pada dimensi satu. Sedang pada kehidupan dimensi empat tidak dapat melihat kehidupan yang ada pada dimensi lima, kalau yang ingin melihat tidak diberikan piranti/alat untuk itu.

Oleh karena itu alam dewa (dimensi empat) hanya bisa berhubungan-mempengaruhi kehidupan manusia yang ada dialam ruang (dimensi tiga), kalau kita-manusia mempengaruhi alam datar (dimensi dua) itu sudah sering kita lakukan/terjadi (misal kita menulis pada secarik kertas, kertas adalah dimensi dua), atau kita seringkali membuat suatu coretan-coretan yang merupakan dimensi satu (ingat sesungguhnya gambar-tulisan itu adalah kumpulan dari coretan-coretan).

Bagaimana alam dewa mempengaruhi alam manusia ? Alam dewa yang ada dalam dimensi empat, bisa mempengaruhi alam manusia yang ada pada alam ruang yang berdimensi tiga dan bisa masuk didalamnya karena manusia sudah diberikan pirantinya yakni berupa nafsu-gelombang-rangsangan yang bernama mutmainah, aluwamah, supiah dan amarah yang terdapat alam Rasa (yang berbeda dengan alam rasa-dengan rasa huruf kecil yang berarti rasa karena pengaruh alat indra manusia), selain dari adanya panca indra yang dikemudikan oleh akal-pikir.

Keirian (tidak terima-protes pada Sang Pencipta karena tidak diperlakukan seperti manusia) seorang dewa (yang hidup pada dimensi empat) terhadap manusia karena manusia sesungguhnya adalah juga makhluk yang hidup didimensi empat tetapi karena keberadaannya juga dipasang piranti kehidupan dimensi tiga (panca indra) bersamaan dengan kelahiran manusia kedunia, maka keadaannya menjadi lengkap-sempurna-lebih unggul dari dewa walaupun justru dengan adanya piranti dimensi tiga inilah kehidupan manusia dialam ruang-dimensi tiga menjadi dominan!

Adanya kelahiran manusia didunia (dimensi tiga ini) yang katanya ini adalah suatu hukuman (adam dan hawa-manusia yang dikutuk Sang Pencipta karena makan buah kuldi), padahal yang terjadi sesungguhnya adalah wujud-proses kelahiran manusia pada dimensi tiga.

Piranti yang ada pada manusia ini adalah piranti manusia lengkap yang terpasang pada dirinya-tubuhnya didimensi tiga, tetapi disamping itu juga terpasang dan tersambung dengan piranti manusia yang ada pada kehidupan yang berdimensi empat. Cuma masalahnya karena terpaku pada akunya jasad maka yang dominan untuk bekerja adalah piranti manusia yang ada dalam kehidupan yang berdimensi tiga, walaupun keadaan piranti dimensi empat kadang sering muncul didunia-alam ruang. Sehingga ada yang berpendapat manusia hidup didunia (dimensi tiga) ibarat adanya kehidupan yang ada dalam penjara artinya kehidupan yang memenjara adalah kehidupan badannya dan yang dipenjara adalah jiwanya oleh sebab itu jiwanya tidak bebas karena dipaksa untuk menghidupi-menuruti jasadnya yang dipengaruhi oleh indra dunia – karena itu pada akhirnya mengatakan bahwa hidup didunia ini adalah hidup dialam samsara (kesengsaraan).

Dsisinilah sesungguhnya manusia itu menderita, menderita karena kesalahannya; kesalahannya karena senantiasa berfikir terhadap keduniawian yang hal ini tidak lain dan tidak bukan, karena disebabkan pengaruh- permintaan dari jasadnya akan adanya hidup (misal jasad harus dihidupi dengan memberinya makan) dari jasad inilah menimbulkan rasa akunya (aku harus bisa supaya bisa eksis, aku harus untung kalau pedagang) dan inilah yang menimbulkan beban kehidupan yang artinya inilah yang dikatakan suatu kesalahan.

Sedangkan pengertian kesalahan diantara manusia adalah sudah masuk pada alam pikir manusia artinya ukurannya sudah ditetapkan oleh-diantara para manusia (misalnya yang salah dihukum-orang mencuri dipidana). Ini pengertiannya lain dengan yang dimaksud kesalahan yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

Mengapa manusia mau hidup ? akunya manusia ini tergantung pada Aku – Nya Sang Pencipta. Artinya manusia itu sesungguhnya adalah makhluk yang penurut tapi pirantinyalah yang membuatnya lain yakni banyak memikirkan kekehidupan duniawi (dimensi tiga) karena pengaruh piranti kehidupan duniawi (alam dimensi tiga). Dan ini semua sesungguhnya adalah Kehendak – Nya.

Kalau demikian apakah manusia nantinya perlu diadili, padahal semua perbuatannya adalah kehendak-Nya ?

Siapa yang mengadili kalau akunya ada pada Aku – Nya ! (aku huruf kecil adalah ego yang ada pada diri manusia sedangkan Aku dengan huruf A-nya yang besar adalah suatu kehendak Sang Pencipta). Hari kehidupan esok (kiamat kecil-matinya manusia/yang mati jasadnya) adalah bukan suatu keadilan yang penghabisan (yang orang dunia dimensi tiga mengatakan nanti ada suatu keadilan abadi, padahal sesungguhnya keadilan abadi itu tidak ada) yang ada adalah proses perjalanan kehidupan jiwa manusia kearah kembali kedimensi empat (karena sesungguhnya manusia adalah juga makhluk yang berpiranti dimensi empat-sama seperti yang dipunyai oleh dewa) dan jiwa manusia yang telah menyerap-mengandung energi karena mendapatkannya dari kehidupan didimensi tiga yang melekat dan tersimpan dialam bawah sadar-roh-otak kecil sehingga menyatu dengan jiwa-roh manusia maka selanjutnya jiwa tersebut lalu memancarkan suatu energi. Kalau energinya negatif (artinya banyak menyimpan memori kesusahan-penderitaan) maka ini akan muncul dengan sendirinya sehingga jiwa manusia (yang telah lepas dari jasadnya) tersebut seakan menderita (disini orang dunia dimensi tiga menyebutkan dengan adanya kehidupan neraka-yang padahal ini sifatnya adalah semu) begitu juga sebaliknya dengan apa yang dikatakan orang masuk sorga sesungguhnya adalah pancaran energi manusia yang dominan berisi kebahagiaan.

Pada waktu energi tersebut terpancar kealam dimensi empat, yang disisi lain piranti dimensi empat tidak terhalang lagi oleh jasadnya, maka jiwa manusia mulai masuk kealam Dewacan yang merupakan wilayah dewa atau masuk kewilayah gandarwa tempatnya para gendruwo yang sering kita sebut dengan alam jin yang mempunyai wilayah-wilayah dengan penghuni-penghuninya. Makhluk ini sama namun kekuatannya berbeda dan tempatnya ada-berlapis-lapis. Lapisan paling bawah adalah alam gandarwa yang paling dekat dengan dimensi tiga pada alam ruang-alamnya manusia, makanya gendruwo ini bisa sering menampakkan diri pada kehidupan manusia sedang yang paling jauh adalah pada alam dewacan. Makhluk pada dimensi empat semuanya terbuat dari piranti yang berupa cahaya-sinar, walaupun kekuatan-daya pancarnya ini berlainan (inilah yang menggambarkan kekuatan makhluk, termasuk wilayahnya).

Lupa dan ingat pada manusia yang hidup didimensi tiga !
Sengsara manusia ada pada suatu rasa kesakitan; kesakitan ini ada pada piranti indra yakni berupa rasa yang dalam hal ini diwakili oleh kulit dan lidah kalau piranti itu tidak ada maka manusia tidak akan pernah merasakan sakit karena indra mata, indra hidung, indra telinga tidak berguna-bisa untuk merasakan sakit.

Ada lagi wujud sengsara-kesusahan-kesedihan karena Rasa-yang ini tidak bisa diukur oleh akal-pikir yang bersumber dari indra.

Namun semua itu akan berganti-hilang kalau kita tidur. Dengan tidur kita lupa segalanya. Dan apa yang kita ingat pada akhirnya kita akan menjadi lupa. Oleh karena itu maka terhadap sesuatu yang perlu kita ingat-ingat caranya dengan menulis. Sempurna manusia karena dirinya diberi piranti lupa dan ingat. Kalau misalnya kita ingat terus kejadian yang bahagia-gembira dan tidak bisa lupa, maka kita tiap hari akan tertawa-tawa (artinya menjadi gila) begitu juga kalau kita sedih-marah terus maka kita akan menangis terus-menerus (artinya ini menjadikan kita menjadi gila). Inilah sesungguhnya piranti manusia yang merupakan suatu keseimbangan hidup.

Kadang seseorang hidup pada alam penderitaan tapi dia merasakan bahagia. Kenapa demikian karena dia telah mengolah rasanya dari perasaan yang menderita menjadi perasaan yang bahagia. Apakah ini bisa ?, bisa selama kita mau melatihnya. Perasaan-pemikiran-olah rasa adalah tidakan manusia dimensi tiga untuk mengatur-menata mind set-pola pikir sehingga menjadikan manusia itu senantiasa bahagia dan inilah sesungguhnya yang harus dilakukan kalau orang tersebut mau masuk sorga begitu pula sebaliknya. Manusia yang bisa menata hidupnya sehingga bisa menjadi selalu senang-bahagia bisa terjadi diantaranya karena selalu merasa bersyukur, inilah yang dikatakan bahwa manusia tersebut telah masuk sorga yakni sorga dunia sedangkan kalau ini berjalan terus sampai jiwanya lepas dari jasadnya (mati) maka jiwa ini akan masuk kealam yang namanya sorga karena dalam jiwanya berisi memori kebahagiaan.

Tapi ingat sorga itu ada tingkatannya karena rasa bahagia ini tidak bisa murni 100%. Sebab rasa susah pasti senantiasa mengikuti rasa bahagia ini, hanya saja prosentasenya kecil.

Senang dan Susah itu adalah isi alam dimensi tiga, kalau tidak susah ya senang tergantung dari prosentasenya-besar kecilnya.

Manusia menggolongkannya pada alam dimensi empat, dengan suatu tempat yang berisi kehidupan yang menyakitkan-yang dikatakan neraka (alamnya para syetan) sedangkan yang berisi kehidupan yang menyakitkan dan menyenangkan (alamnya jin) dan yang berisi kosong tidak ada susah dan senang (alamnya malaikat). Ini sebenarnya hanya sebutan saja. Makhluk bisa merasakan enak tergantung pada adanya piranti yang dipasang padanya (misal kita bisa merasakan pahit karena punya lidah artinya kalau tidak punya lidah maka tentu kita tidak bisa meerasakan pahit). Sesungguhnya eanak tidak enak itu semu sifatnya-bagaikan fatamorgana semakin dicari adanya semakin menjauh.

Manusia yang bisa mengolah badannya-pikirnya dan rasanya menjadi hal yang sehat/memahami-bahagia, sesungguhnya ialah manusia yang mengerti akan tujuan hidup ini dan ialah sesungguhnya yang menjadi manusia yang beruntung karena dia bisa menikmati alam kebahagiaan (alam surga).

Walaupun demikian sudah menjadi kodratnya karena manusia hidup didunia maka kemilau dunia inilah yang menarik-menyeretnya kesituasi yang sulit-susah sebab kesenangan duniawi (yang pada akhirnya dalam perhitungannya menggunakan nilai akal-pikir) menjadikan manusia terjebak dalam kesedihan. Namun justru disinilah merupakan arti suatu kehidupan, susah sedih-senang gembira sehingga memacu otak-pikir-akal manusia untuk berkembang (misal manusia susah karena tidak ada api lalu berpikir akhirnya ditemukan api, manusia ingin berjalan cepat akhirnya ditemukan kendaraan bermotor) menjadikan suatu warna kehidupan. Manusia ingin kaya-materi, dengan banyak materi dikiranya pasti membuatnya bahagia! padahal tidaklah demikian ... sebab semakin dia banyak harta ...dia justru akan menjadi menderita karena melihat disebelah sana masih ada yang lebih kaya, sehingga dia iri dan menjadikannya dirinya sedih padahal hartanya sangat banyak dibandingkan manusia yang ada disekitarnya. Disamping ini harta juga bisa menjadikan beban kehidupan, dia selalu ketakutan kalau nani hartanya dicuri atau kebakaran atau hilang karena peristiwa alam. Manusia hanya dapat merasakan kalau dirinya kaya adalah hanya dengan bersyukur (merasakan-mengucapkan rasa syukur yang seiklas-iklasnya-sedalam-dalamnya). Materi-harta sesunguhnya juga bersifat semu.

Senin, 06 Juli 2009

Keabadian

Apa itu yang dikatakan abadi ? Pengertian banyak orang mengatakan bahwa keabadian itu adalah sesuatu yang kekal ! Dalam hal ini perlu dipertanyakan, apakah dalam kehidupan ini ada sesuatu yang dinamakan kekal ... hal ini nampaknya perlu dicermati ataupun perlu dilakukan suatu pengkajian.

Yang dikatakan oleh yang namanya manusia tentang keabadian adalah merupakan keabadian yang sifatnya semu. Keabadian atau kelanggengan itu identik dengan adanya sifat yang tidak pernah berubah, namun kalau ditelaah apakah dalam kehidupan ini ada sifat yang tidak berubah ?

Dari dahulu sampai saat ini yang terjadi adalah suatu perubahan, perubahan itu ada karena adanya waktu ! Sedangkan pengertian tentang keabadian hakiki adalah tidak terikat oleh suatu waktu, yang padahal hidup manusia itu terikat oleh suatu waktu.

Kalau pengertian dari keabadian itu diartikan dengan sesuatu keadaan yang bersifat terus menerus, maka disisi lain dapat dikatakan bahwa yang abadi itu yakni perubahan itu sendiri. Inilah sebenarnya pengertian yang mendekati makna keabadian yang sebenarnya.

Sedangkan dengan apa yang dikatakan dengan cinta abadi adalah ada dalam perkataan atau dalam kalimat saja, namun dalam kenyataanya dikehidupan ini sesungguhnya tidak ada yang dikatakan suatu keabadian itu.

Keberhasilan itu tergantung dari caranya

Cara atau metode ini adalah merupakan hal yang sangat perlu. Penyelesaian suatu masalah itu memerlukan cara atau rangkaian cara sebab persoalan itu ada yang sederhana maupun ada yang kompleks.

Suatu permasalahan terjadi itu pasti ada sebabnya, jadi dalam setiap penyelesaian masalah tergantung dari bagaimana kita mencari/menelusuri sebab dari permasalahan tersebut. Kalau sebabnya sudah diketemukan selanjutnya kita lalu mengurai permasalahan tersebut secara detail karena munculnya suatu permasalahan itu sering terjadi karena adanya rangkaian beberapa sebab, setelah itu semuanya diketahui barulah kita menentukan langkah-langkah untuk suatu penyelesaiannya.

Dari mencari suatu sebab lalu menentukan langkah-langkah penyelesaiannya itu semua memerlukan suatu rangkaian cara atau metode !

Keberhasilan dalam menentukan penyelesaian setiap permasalahan tergantung dari cara yang bagaimana yang digunakan untuk menyelesaikan setiap permasalahan tersebut.

Berguru

Untuk menjadi pandai manusia harus berguru, selanjutnya berguru kemanakah kita ini ?

Macam guru ada 3 :

1. Guru yang langsung bisa berhadapan dengan muridnya, misalnya guru yang mengajar di sekolah-sekolah.

2. Guru tidak langsung yaitu kalau sang guru sudah meninggal, atau tempatnya jauh dari jangkauan misalnya diluar negeri, maka kita dapat membaca karyanya; ini keberadaannya juga merupakan guru.

3. Guru aplikatif yaitu guru yang berupa pengalaman kita dalam kehidupan yang bermacam-macam.

Ada juga yang namanya guru yang disebut sebagai guru sejati, guru sejati ini adalah guru yang letaknya dialam rasa dan keadaan guru ini ada pada diri kita sendiri. Seperti digambarkan dipewayangan dengan lakon Petruk meguru.

Guru sejati ini sebenarnya adalah merupakan keselarasan, antara aku (pribadi) dengan Aku (Sang Pencipta). Kalau aku selalu memohon pada AkuNya maka akan terjadi suatu keselarasan dalam keselarasan inilah menimbulkan tahu yang adanya dialam rasa sehingga kondisinya sering dikatakan tidak masuk akal (memang demikian karena jangkauan rasa itu lebih luas daripada jangkauan akal-sehingga akal itu sesungguhnya ada didalam rasa).

Dari gurulah kita ini menjadi pandai, guru adalah sebagai petunjuk ... guru adalah sebagai penerang ... guru adalah yang membawa kemanfaatan.

Mencontoh

Mencontoh itu adalah merupakan suatu usaha, cuma harus kita cermati dalam masalah ini yakni tentang hal apa yang dicontoh !

Kalau kita mencontoh langkah-langkah seseorang sehingga orang tersebut menjadi berhasil, maka ini juga merupakan usaha. Sesungguhnya seorang yang sekolah itu adalah merupakan tindakan mencontoh juga, yakni mencontoh apa-apa yang diajarkan oleh seorang guru-orang tua atau dosen yang walaupun dalam hal ini sering dikatakan sebagai proses belajar. Dalam proses belajar mengajar ini tidak lepas dengan apa yang dikatakan tindakan contoh-mencontoh.

Seorang Bapak yang mengajari anaknya, pertama kali adalah mengharapkan anaknya untuk mencontoh, tentang apa-apa yang diucapkan oleh orang tuanya. Mencontoh dengan menirukannya sepenggal dua penggal kata bagi seorang anak tidaklah mudah. Inilah yang dinamakan proses belajar.

Sadar atau tidak tindakan kita adalah banyak mencontoh dari orang lain orang lain yang lebih dulu atau yang lebih mengerti daripada kita, seperti kalau saya gambarkan adalah dalam mencontoh pola. Kalau lagi tren pola potongan rambut pendek maka banyak tua-muda, besar kecil semuanya ingin potong rambut pendek dan begitu pula sebaliknya.

Suatu ide yang ditiru itu sebenarnya merupakan kreatifitas realistis dari manusia, walaupun masternya sudah tertentu, misal kalau tentang baju memakai pola dari yang pas lalu yang sedang selanjutnya ke yang longgar; semuanya bergeser dari itu itu saja walaupun perpaduannya berbeda-beda.

Pekerjaan mencontoh itu sebenarnya tidak mudah, kalau yang dicontoh adalah hal yang sangat sederhana mungkin dapat kita lakukan dengan mudah; tetapi kalau yang kita contoh itu hal yang sulit, walaupun tinggal mencontoh ternyata tidak semudah itu.

Kebenaran

Benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain, benar kata orang sini belum tentu benar kata orang sana. Sebenarnya apakah arti kebenaran itu ?

Kebenaran itu sesungguhnya terletak pada ukuran, ukuran inilah yang pada akhirnya merupakan parameter. Kalau kita bilang 1 kilogram, karena ukurannya sudah ditentukan yakni berupa satuan kilogram maka orang yang memakai ukuran kilogram semuanya akan mengatakan benar ! Jadi penilaian tentang benar dan salah itu adalah menjadi mudah kalau ukurannya sudah ditentukan/dipasang lebih dahulu.

Sedangkan ukuran itu sendiri sesungguhnya didalamnya berisi suatu kesepakatan, yakni kesepakatan tentang adanya ukuran itu sendiri. Katakanlah suatu masyarakat tertentu menyepakati ukuran panjang berupa meter maka ukuran meter inilah yang pada akhirnya dijadikan acuan tentang kebenaran yang berkaitan dengan ukuran tentang panjang.

Hal-hal sebagaimana tersebut diatas, adalah berkaitan dengan ukuran; yang ini semua berkaitan dengan kebenaran pada ilmu-ilmu eksakta. Tapi bagaimana kalau ukuran kebenaran ini berkaitan dengan ilmu sosial.

Tentu ukuran yang bersifat ilmu sosial tidaklah semudah itu, sebab kalau digambarkan yang dinilai ini tidaklah jelas. Kalau misalnya yang ingin dilihat itu adalah warna yang diberikan ukurannya untuk hitam dinilai 0 sedangkan kalau untuk putih dinilai 9 (angka tunggal terendah dan angka tunggal tertinggi), lalu bagaimana kalau menilai warna yang warnanya adalah abu-abu. Putih tidak dan hitampun tidak sebab dalam hal ini warnanya adalah abu-abu, abu-abu inipun ada yang agak putih dan ada juga abu-abu yang agak hitam. Dalam menilai kebenaran disini, maka melihatnya harus detail, untuk itu diperlukan ukuran-ukuran yang bersifat khusus, lebih kompleks dan tidak tunggal lagi.

Untuk menilai orang berbuat jahat/buruk atau baik, tentu cara penilaiannya tidak tunggal yaitu hanya jahat/buruk atau baik saja namun keberadaan jahat ini adalah jahat yang bagaimana dan baik yang bagaimana ? Inilah pada akhirnya ditentukan rumusan-rumusan tentang adanya suatu kejahatan. Oleh karena itu selanjutnya dalam perkembangan ilmu sosial diciptakan ukuran-ukuran secara teori (seperti law in book) dan secara praktek (law in action).