Senin, 06 Juli 2009

Cara Memandang

Cara memandang ini adalah merupakan hal yang penting, permasalahan yang utama adalah darimana kita memandang sesuatu (artinya sudut pandang inilah yang memegang peranan) dalam hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Orang buta melihat Gajah :

Ada empat orang buta melihat gajah. Kemudian secara bersama-sama keempatnya datang mendekati gajah. Masing-masing orang buta secara bergiliran kemudian memegang (memegangnya dikatakan melihat, karena tidak dapat melihat) gajah.

Orang pertama setelah mendekati gajah dan kemudian memegang badan gajah, dia dalam pikirnya geleng-geleng karena akhirnya jelas sudah apa yang digambarkannya pada binatang yang besar ini. Dia yakin seyakin-yakinnya bahwa yang pada akhirnya mengatakannya bahwa gajah itu seperti papan yang sifatnya datar dan luas.

Kemudian giliran orang kedua;

Orang kedua lalu mendekati gajah, kemudian secara tergesa-gesa memegang gajah dan ternyata yang dipegang adalah ekornya. Setelah dipegang-pegang akhirnya orang buta kedua itu yakin dan akhirnya menyimpulkan bahwa gajah itu adalah seprti cambuk, berbentuk panjang bersifat lemas dan lentur.

Selanjutnya giliran orang yang ketiga;

Dengan santainya orang ketiga ini mendekati gajah kemudian dia memegang telinga gajah. Setelah diraba-raba lalu muncul pada benaknya gambaran tentang gajah bahwa gajah itu ternyata seperti daun yang lebar, lemas dan dapat melambai-lambai.

Terakhir giliran pada orang keempat;

Orang keempat dengan tidak sabar akhirnya langsung mendekati gajah, dia mendekati dengan meraba-raba bagian sebelah bawah, ternyata dia meraba kotoran gajah sehingga pada akhirnya menyimpulkan bahwa gajah itu dikatakan seperti bubur.

Inilah gambaran keempat orang buta yang melihat gajah, pandangannya/ pengelihatannya (yang dipegang/ dilihat tidak sama) hal ini disebabkan orang buta melihat gajah dengan cara memegangnya. Karena jangkauannya terbatas (dengan cara hanya memegang saja) sehingga sudut pandangnya sepihak dan kecil jangkauannya. Hal inilah yang menimbulkan kesesatan dalam berpikir atau pola pikir yang keliru.

Sehingga dari mana cara kita memandang ini; menimbulkan ukuran kebenaran tersendiri (memandang dari tempat yang berbeda akan membawa hasil yang berbeda pula/ lain).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar