Senin, 06 Juli 2009

MEMILIH Dalam Kehidupan

Kalau kita berjalan kebarat tentu tidak mungkin kita akan berjalan ketimur. Mengapa !, karena akunya manusia itu satu. Kalau kita mandi (membasahi badan) tentu tidak mungkin kita makan (dalam waktu yang bersamaan), inilah merupakan fakta dari adanya kehidupan bahwa manusia dihadapkan pada adanya suatu pilihan.


Begitu juga dalam kenyataannya yang ada dalam kehidupan manusia, dalam relitanya kehidupan ini merupakan suatu proses yang bersinergi. Tidak bisa sumuanya terjadi dalam waktu yang bersamaan terhadap apa yang diperbuat oleh seorang aku (satu) manusia.

Artinya dalam kehidupan dimensi tiga terjadi suatu proses yang bergantian terhadap (yang dilakukan oleh) diri-pribadi-aku ini. Maksudnya satu kesatuan terjadi (ada) adalah akibat adanya suatu sistem yang berjalan sendiri-sendiri. Misal : Matahari hanya berfungsi sebagai matahari saja tidak bisa matahari juga berfungsi sebagai bumi; mata pada diri manusia tidak mungkin bisa berfungsi sebagai telinga karena memang pirantinya berbeda (yang selalu sesuai dan mengikuti fungsinya).

Tapi disisi lain nafsu-rangsangan yang ada pada diri manusia tidaklah demikian, mintanya langsung banyak kalau bisa semua yang dilihat itu bisa dimiliki (menjadi miliknya). Karena akunya manusia sealalu ingin menguasainya (menguasai untuk dirinya); yang padahal apa yang dikatakan dikuasai itu adalah bermakna semu. Manusia ingin makan banyak, makan makanan yang enak supaya kenyang; namun sesungguhnya yang dimakan manusia itu adalah sebatas perutnya (kalau sudah lapar baru makan lagi) tidak bisa semuanya makanan dimakan dalam waktu yang bersamaan. Inilah sesungguhnya menunjukkan bahwa seorang aku-manusia itu mempunyai suatu keterbatasan namun karena keinginannya banyak dia harus melakukan pilihan-pilihan terhadap apa yang akan dijalaninya.

Inilah artinya pilihan tentang kehidupan, diri kita yang membatasi kita sendiri. Kita saat ini ada di Surabaya tidak mungkin saat ini juga kita ada di Jakarta karena diri kita adalah satu (satu bagian kecil yang menempati suatu ruang dan waku tertentu).

Kalau kita memiliki sesuatu, yang kita miliki itu sesungguhnya adalah semu. Kita memiliki uang, kalau kita tidak bisa menggunakannya dengan baik (menggunakannya itu adalah sikap suatu pilihan) maka uang itu tentu akan dapat menyulitkan kita sendiri (seperti uang yang kita gunakan untuk berbuat mabuk-mabukan). Artinya segala sesuatu itu harus digunakan untuk-pada pilihan-pilihan tertentu.

Tentang pilihan itu sendiri adalah bersifat sangat relatif; karena isi dalam kehidupan didunia ini diciptakan selalu berpasangan (demi kesempurnaannya) maka ada siang dan ada malam yang ditengah-tengahnya ada yang namanya sore. Kalau ada haram maka ada yang namanya halal sedang ditengah-tengahnya ada yang namanya mubah. Kalau ada pertanyaan apakah siang itu baik, atau yang baik itu waktu malam tentu disini ada jawabannya yang menuju pada suatu argumentasi-ukuran tertentu. Kalau dikatakan siang itu baik karena adanya matahari yang menyinari bumi ini yang berguna bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesa (itu adalah merupakan suatu alasannya), tapi nilai riilnya baik itu siang, baik itu malam, baik itu sore semua sama saja, semua ada manfaatnya. Sebab itu adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kalau kita telaah lebih jauh apakah berbuat baik atau berbuat buruk atau berbuat biasa (maksudnya berbuat tidak baik dan tidak buruk); kalau dinilai mana yang baik, sesungguhnya (walau sepintas dapat dikatakan yang baik itu akan tetap baik, itu belum tentu) semua itu sama saja seperti sebagaimana yang terdapat pada siang atau malam yakni semuanya sama saja.

Tentu dalam hal ini kalau dicermati, kalau kita mencari suatu nilai tentang baik dan buruk; tentang benar dan salah dalam hal ini tentu perlu sesuatu yang namanya ukuran-timbangan-takaran yakni suatu piranti untuk mengukur sesuatu (baik itu tentang kebenaran, baik itu tentang berat-ringan atau tentang besar-kecil).

Aplikasi disini kita contohkan dalam bidang agama, makan babi bagi orang islam itu tidak baik karenanya distatuskan haram (penstatusan itu adalah suatu kesepakatan hanya bagi orang yang beragama islam), namun bagi umat yang beragama lain misal agama hindu-budha atau yang lainnya tentu tidak demikian!, artinya dimana letak baiknya disini ... tentu sama saja karena kebaikannya disini sifatnya tidak universal !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar