Senin, 06 Juli 2009

Manusia melihat Agama

Kalau kita bicara tentang ”melihat”, pasti ada yang dilihat (sebagai obyek) dan ada yang melihat (sebagai subyek). Kalau kita melihat pasti pisisi kita (yang melihat) ada diluar yang dilihat. Kalau kita melihat agama artinya kita berada diposisi diluar agama itu sendiri. Lalau apakah sesungguhnya agama itu ?

Secara umum dapat dikatakan agama adalah ajaran kepercayaan yang dipercayai /yakini (yang berlabel/bermerek agama tertentu) oleh penganutnya (sedangkan yang tidak berlabel agama adalah merupakan kepercayaan saja), jadi disini unsur keyakinan sangatlah dominan. Maksudnya yakin akan keberadaannya, yakin akan kebenarannya !, lalu tempatnya yakin itu sesungguhnya dimana ?

Yakin itu percaya, percaya tanpa menggunakan suatu pikiran/penalaran akan kebenarannya sebab kebenarannya itu sendiri tidaklah bisa dibuktikan secara nalar.

Kenyataan didunia ini banyak sekali adanya agama; pertanyaannya apakah agama didunia ini benar semua (pengertian benar secara universal, bukan pengertian benar secara individu penganut kepercayaan tersebut). Kalau dijawab benar semua artinya ajarannya tentu sama, namun kenyataan dalam ajaran tersebut ada yang membenarkan tapi ada yang menyalahkan (misal makan babi di agama islam tidak boleh tapi di agama lain boleh/ tidak melarang), bahkan kalau sama benarnya mengapa justru dalam ajarannya kadang terjadi pertentangan ?

Kalau dikatakan tujuannya sama tapi isinya tidak sama, berbeda-beda inilah menimbulkan warna/ bermacam-macam. Artinya karena banyak tentu tidak sama, kalau ajarannya sama tentunya akan ada/muncul satu agama saja.

Seperti manusia memakai baju, kalau dikatakan baju itu sama tentu berkaitan dengan tujuan untuk menggunakan baju tersebut, namun kalau kita bicara modelnya atau bicara tentang warnanya tentu akan berlainan dan bagaimana kalau ada orang yang memilih tidak memakai baju/ telanjang ! Apakah orang tidak berbaju dikatakan salah ?, begitu juga apakah orang tidak memeluk/meyakini suatu kepercayaan itu salah ?

Kenyataannya agama ini banyak (lebih dari satu), kalau diukur dari benar tidaknya tentu ada yang benar dan ada yang tidak benar; benar bagi yang meyakini tidak benar bagi yang tidak meyakini. Kalau agama yang satu menyalahkan yang lainnya (karena tidak sama/karena yang dipercayainya dikatakan yang benar) tentu bagi yang lain akan bersifat demikian juga. Artinya sesungguhnya kebenaran dalam agama itu bersifat semu/relatif/bayang-bayang/tidak jelas. Oleh karena itu sebenarnya agama itu adalah merupakan hal pilihan saja/alternatif.

Dalam agama/kepercayaan manusia seolah mempunyai diperintah menyembah Tuhan/Sang Pencipta ? apakah demikian ! Lalu siapa yang menyuruh menyembah ?

Kalau Tuhan menyuruh manusia untuk menyembahnya, disini timbul pertanyaan apakah Tuhan itu meminta-minta manusia untuk menyembahNya ... Tentu tidak sebab Tuhan itu adalah maha segalanya dan bukan peminta-minta termasuk dalam hal minta manusia untuk menyembahnya.

Lalu siapakah yang meminta manusia untuk menyembah Tuhan ? Kalau manusia itu tidak menyembahnya apakah manusia itu jadi miskin atau jadi sakit-sakitan atau jadi mati (saat itu juga) atau jadi apa .....!

Disinilah kita perlu menelaah, siapakah yang butuh menyembah .... dan apakah gunanya menyembah itu dan apakah pengertian menyembah itu ?

Menyembah adalah berarti memohon, lalu siapa memohon siapa ?

Kalau manusia itu (roh suci) adalah adalah merupakan bagian-perwujudan dari Tuhan apakah Tuhan harus menyembah tuhan (yang merupakan bagian dari tuhan), lalu apa sebenarnya pengertian menyembah itu ......... ?

Disinilah sebenarnya manusia (roh suci) itu supaya bisa selaras, maka ia harus berbuat sesuatu (yang dikatakan menyembah), supaya piranti (roh suci) ini tidak lepas. Artinya lepas adalah menjauh dari INDUKNYA. Yang bisa berakibat berjalan menuju perjalanan lain artinya tidak bersatu (manunggaling Kawulo lan GUSTI). Manunggal inilah merupakan perwujudan dari Eleng/ingat-selaras sehingga manusia akan menemukan kebahagiaan-kedamaian-surga.

Disinilah sebenarnya inti dari ajaran kepercayaan (yang sudah punya label dikatakan agama), yakni pada hakekatnya itu sama saja. Namun yang tidak sama adalah ditinjau dari warnanya (kalau diibartkan baju), ditinjau dari syareatnya (tata caranya bersembayang/ritus-ritusnya) kalau itu agama atau kepercayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar